Friday, January 23, 2009

Krisis Lingkungan Global Mengintai Kita

“Krisis ekonomi belum usai, krisis lingkungan global telah mengintai kita.” Judul menarik dan juga menyeramkan itu merupakan tema yang dikemukakan oleh Martin Khor dari Third World Network, Malaysia.

Menurut Martin, bergolaknya ekonomi global seharusnya tidak mengalihkan pikiran kita pada krisis lingkungan global. Suatu laporan yang baru-baru ini dipublikasikan mengungkapkan adanya bukti baru tekanan lingkungan dan dampak yang ditimbulkannya.

Melambatnya roda ekonomi global yang antara lain ditandai dengan menurunnya pasar bursa di AS telah menyedot perhatian banyak orang. Padahal lingkungan dunia kini berada dalam krisis dan kemungkinan menghadapi kerusakan fatal.

Krisis ekologi bukan fenomena baru, karena sudah dibicarakan sejak KTT Bumi 1992. “Yang jadi masalah sekarang tidak banyak upaya yang dilakukan, kepentingan kita pada masalah ini menurun dan situasi makin memburuk,” demikian seperti dikutip Berita Bumi edisi Mei.

Baru-baru ini Worldwatch Institute mengeluarkan laporan State of The World Report untuk 2001. Bagi mereka yang peka, laporan itu menjadi berita sedih karena memaparkan kecenderungan lingkungan global yang telah mencapai tahap berbahaya seiring datangnya abad baru.

Laporan dengan sekumpulan bukti ilmiah ini menunjukkan bahwa banyak ekosistem global yang kini di ambang bahaya. Misalnya, es di Kutub Utara, yang telah menipis 42%. Dan sekitar 27% terumbu karang dunia telah hilang. Dampaknya, sejumlah sistem ekologi yang penting juga menurun.

Degradesi lingkungan telah menghabiskan biaya sekitar 608 milyar dollar selama dasawarsa lalu, ini setara dengan empat dasawarsa sebelumnya. Kerusakan alam pada 1998-1999 sendiri telah menyebabkan lebih dari 120.000 orang mati dan jutaan orang terdesak terutama masyarakat miskin di wilayah seperti India dan Amerika Latin.

Meskipun penggunaan bahan bakar fosil secara dramatik menurun, tapi suhu bumi meningkat setinggi enam derajat di atas level tahun 1990 sebelum tahun 2100, berdasarkan model-model iklim terakhir.

Demikian pula peningkatan yang parah terjadi pada krisis air, diikuti menurunnya produksi pangan. Dan juga meningkatnya penyebaran penyakit mematikan seperti malaria dan demam berdarah.

Tanda lain penurunan lingkungan adalah ancaman punahnya lusinan spesies kodok dan amfibi lain di seluruh dunia. Ini diakibatkan karena tekanan penggundulan hutan sampai menipisnya lapisan ozon.

Tanda lain penurunan lingkungan adalah meningkatnya emisi karbon dan pemanasan global sebagai hasil dari perkembangan sektor transportasi. Kemacetan lalu lintas yang menjadi penyebab percepatan emisi karbon, diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun di berbagai negara.

Meski saat ini negara-negara maju seperti Amerika masih menjadi negara yang terbesar menyumbang percepatan itu. Karena Amerika menggunakan lebih dari sepertiga energi transportasi dunia.
http://www.mail-archive.com/tlits@lists.colorado.edu/msg00362.html

No comments: